NOSTALGIA SURABAYA

Senja mendekap bumi dengan warna lembayungnya.  
Kala itu mobil kami mulai memasuki surabaya, di saat yang sama  tiba-tiba hati ini merasakan sebuah kenangan yang terasa indah dirasakan saat ini. Sekarang, kami memasuki kota Pahlawan ini tidak hanya berdua atau bertiga. Tapi sudah berempat.
Suami pernah berkeinginan, kalau saya hamil anak ke dua kami, insyaAllah semoga dimudahkan Allah membeli kendaraan yang bisa untuk berlindung dikala hujan dan angin, dikala panas maupun dingin.
Agustus 2017 kami ke Surabaya untuk sekedar menyelesaikan urusan dan menemani suami bertemu dengan klien- perusahaannya.
Dan Subhanallah... ada sebuah rasa haru akan kenangan dua sampai tiga tahun lalu. saat kami masih menjadi pengantin baru hingga kehadiran putri pertama kami.
Dulu mungkin terasa pedih tapi dengan sebuah keyakinan bahwa suatu saat nanti kami bisa melaluinya.
Awal menikah, saat masih pengantin baru, kami kontrak di sebuah kontrakan sangat sederhana. Ukuran 3 kali 4 meter. dengan kamar mandi sudah termasuk di dalamnya. tidak ada ruang tamu maupun dapur. yang ada adalah tempat tidur yang selalu kami gelar di malam hari, dan di siang hari kami gulung agar menjadi ruang tamu. depan kamar mandi saat itu kami sulab menjadi dapur sangat amat sederhana. Luar biasa, kami sama-sama menabung (dari beasiswa s2 saya dan hasil kerja suami) agar suatu saat bisa kami pakai untuk membeli tempat tinggal atau kendaraan.
Hidup dalam sepetak ruangan yang sumpek, tapi luar biasa indah, bulan madu bersama, saling bercerita bersama, berbagi suka duka bersama. Ya, dalam sebuah ruangan kecil itulah hadir buah hati kami yang pertama. Yang alhamdulillah kami akhirnya bisa pindah di sebuah kontrakan yang cukup besar degan harga murah. Sebuah rumah dengan dua kamar tidur luas, ruang tamu yang lebar, dapur yang cukup besar bahkan ada ruang parkir sepeda dan mobil. Tapi sayang, kami belum ada mobil.
Perjuanganpun kembali kami jalani bersama. di bawah satu atap itulah, suami saya yang setiap hari bekerja pulang hampir maghrib, dan saya dan si kecil saat di rumah, menghabiskan waktu bersama. Menunggu kedatangan sang abi (Suami) pulang kerja, menanti saat jalan-jalan dengan motor kesayangan suami.
Masih teringat jelas sekali saat kami hendak pulang kampung, kami naik sepeda motor bersama si kecil, dan hujan mulai mengguyur. kasihan si kecil kehujanan. saya hanya mampu menutupnya dengan jilbab saya. Rasanya ingin saya menangis dalam hati berkata, suatu saat ini akan menjadi cerita yang indah, Nak. kataku pada si kecil.
Suamiku, berkata, insyaAllah sebentar lagi, kita akan punya kendaraan yang bisa untuk berteduh di kala hujan (baca: mobil).
Alhamdulillah, tidak terasa waktu berlalu, kami sudah ada tempat berteduh (baca: rumah) walaupun sederhana di Pati, kendaraan tempat berteduh dikala hujan atau panas (baca: mobil) dan alhamdulillah sudah dimudahkan Allah untuk mendaftar bekunjung ke Baitullah lagi (Setelah umroh, alhamdulillah sudah mendaftar untuk yang hajj, tapi masih lama berangkatnya 17 tahun lagi), dan masih berharap dilimpahkan rezeki agar bisa mendaftar hajj pkus yang berangkatnya bisa kurang dari 10 tahun. tidak apa-apa. yang penting sekarang senantiasa bersabar dan bersyukur, semoga selalu dimudahkan Allah, ditambah rasa bersyukur dan bersabar. InsyaAllah selalu ada pelajaran dan hikmah dari setiap cobaan dariNya.

Amin.

sebuah cerita di terik panas
di saat jeda kerja
untuk suamiku tercinta dan anak-anakku tersayang.
Cerita ini akan menjadi cerita indah untukmu kelak.

with Love
Umi


Komentar

Postingan populer dari blog ini

SAYA dan EWB (Education Without Border) 2011 - Dubai d Abu Dhabi - UAE 27-31 March 2011

MERAJUT dengan HATI ^_^

PROSES PEMBUATAN TEMPE AL-AMAN (COCOK UNTUK NEGARA 4 MUSIM).