EPISODE ENAM

Aku pulang bareng Opat, tapi karena dia tidak bawa helm, aku tidak berani memboncengkannya sampai Tembalang. Akhirnya kami cuma berboncengan mencari mushola untuk salat duhur bersama. Di mushola dekat fakultas Ekonomi UNDIP, tidak jauh dari SEU, paling Cuma 1 menitan, kalau pakai motor. Selesai salat berjamaah aku pulang duluan, sedangkan Opat mau nunggu jemputan temennya sambil nonton Film yang diputar di Ruang Prof. Soenardi – di komplek fakultas Ekonomi juga. Memang tadi kami sempat melihat papan pengumuman sebelum salat. Jam 2 ada pemutaran film Jepang. GRATIS! Sebenarnya aku suka juga dengan yang gratis-gratis (secara gitu lo.. anak kos). Apalagi film Jepang. Tapi untuk kali ini aku lagi nggak Mood. Jadi nggak tergoda. Kami berpisah setelah satu sama lain mencatat nomor handphone masing-masing. OK. C U Pat!
Pulangnya, aku sempatkan ambil uang di ATM, tadi dapat sms dari adikku, katannya, bapak udah transfer uang. Aku ambil uangnya buat bayar utang Mery. Coz sore ni Mery mau pulang kampung, jadi aku harus mengembalikan uang seperempat jutanya sebelum dia pulang.
Sore itu....
Matahari kembali ke peraduannya... menyampaikan lelahnya pada malam yang akan menjelang, Dan....
Aku hanya ingin mengurung diri saja di kamar. Enggan untuk keluar. Aku masih teringat ujian TOEFL tadi siang. Sungguh mengerikan! Aku hanya mengandalkan insting dan (sekali lagi) modal nekat. Aku merasa sangat buodoh jika mengingat saking tidak bisanya aku mengerjakan TOEFL ITPnya! Tak terasa airmataku meleleh, dan buru-buru aku mengusapnya.
Aku ke kamar Siwi, kebetulan di sana ada Mery, sekalian bayar utang ke Mery. Siwi menanyakan tentang tes TOEFL hari ini, sambil tersenyum lebar aku hanya bilang ”Alhamdulillah”.... namun korongkonganku rasanya tertohok oleh sebilah pedang, aku sulit mengucapkan kata-kata. Siwi meyakinkanku bahwa aku ”pasti bisa!”, bahwa ”aku hebat!”. Tapi tetap saja, itu tidak menghiburku, sama sekali. Aku mengatakan padanya bahwa aku tidak bisa mengerjakan tes siang tadi, tapi aku tetap meyakinkan siwi, bahwa aku menerima semua konsekuensinya, dan aku sudah siap dengan segala hasil buruknya (tidak memenuhi nilai minimum TOEFL ITP untuk IELSP yaitu 450), terus terang aku merasa, jika saja siwi di posisiku, dia pasti bisa mengerjakan soal TOEFL dengan mudahnya. Akupun dengan jujur mengatakan kepadanya, tentang satu hal yang aku khawatirkan, uang seperempat juta yang barusaja aku pinjam dan aku gunakan, tidak membuahkan apa-apa.
Aku masih bertanya-tanya pada diriku sendiri, apakah keputusan yang aku ambil ini benar ataukah salah?. Perasaan gamang kembali menggelayuti fikiranku.
Benar-benar tidak bisa menutupi kelemahanku. Aku menangis terisak di kamar Siwi. Namun segera berusaha untuk tegar, berusaha untuk menyadari bahwa aku sudah mengambil keputusan yang benar. Bukankah ini keputusanku? Bukankah ini sebuah kesempatan? Bukankah aku lebih sering menyesal karena menyia-nyiakan kesempatan? Lalu untuk apa menangis? Bukankah untuk tahu sejauh mana kemampuan kita, kita harus mencobanya? Jadi.... Aku menghapus airmataku. Bukankah aku punya sandaran agung disaat hati ini sesak dan penat?
Dan akhirnya, semua isi hatiku, aku curahkan hanya pada pemilik kekuasaan dan keajaiban sejati. Allah illahi Robbi.
Aku merasa lega, beban, perasaan takut gagal, menyesal adalah sebuah proses. Dan aku menyadarinya. Untuk itu, aku tinggal berdoa dan berdoa segalanya tinggal diserahkan kepada Allah SWT.
Sejak hari itu, aku sibuk menyiapkan syarat2 buat IELSP. Mulai dari mengisi aplication formnya yang 10 halaman (tapi baru kuisi sedikit-sedikit), foto berwarna 4X6 (aku ingat kalau aku masih punya beberapa foto 4X6 berwarna yang aku simpan di dompet – tapi tidak aku cek), ngurus letter of enrolllment dari Universitas yang menyatakan bahwa aku masih aktif sebagai mahasiswa, Transkrip nilai dari semester 1 (sekarang aku semester VI, mau ke Sem VII), Copy Ijazah dan surat keterangan lulus alias STTB dari SMA (untung semuanya aku simpan dan aku bawa di Semarang, jadi ga perlu pulang kampung), Copy Kartu Tanda Mahasiswa dan Kartu Tanda Penduduk, mengcopy semua sertifikat yang telah aku kumpulkan (kalau ini sich ada buanyak), Abstraksi dari karya tulis ilmiah yang sudah pernah aku buat serta Letter of Refference dari Fakultas.
Saking sibuknya ngurus agenda organisasi di kampus n persiapan buat Final Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Keperawatan di Jogjakarta tanggal 16 Juli, aku jadi tidak sempat mengurus syarat-sayarat IELSP, sempat sich, tapi ya gitu... aku tunda-tunda. Baru hari Kamis, aku mengurus Letter of Refference. Sebenarnya aku bingung mau minta ke siapa, akhirnya aku putuskan untuk minta ke Bu Setyowati, yang saat itu masih menjadi ketua Program Studi Ilmu Keperawatan UNDIP. Karena beliau jarang di Semarang (lebih banyak di UI  karena sebagai dosen juga di sana), akhirnya, aku menitipkan format letter of Refference (LoR) lewat pak Untung (dosenku yang mobile semarang– Jakarta untuk kuliah S2nya di UI).
Untuk antisipasi jika aku telat menerima LoR dari bu Wati, maka aku putuskan juga buat minta LoR dari bu Mei, beliau adalah Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan yang baru, pengganti bu Wati. Hanya nunggu pelantikan dan serah terima aja, untuk resminya. Sayangnya hari kamis itu, beliau tidak ke kampus. Terpaksa aku memutuskan untuk membuat janji terlebih dahulu. Dan ternyata beliau masih ada agenda di luar kota dan baru ada di kampus besok pagi. Alias hari Jumat.
Hari Jumat 11 Juli 2008 jam 8.00 WIB. Aku ke kampus lagi.
Dan...Jrengg!!
Bu Mei sudah ada di kantornya (beliau memang selalu datang pagi-pagi). Aku pun dipersilakan masuk oleh beliau. Seperti biasa, beliau selalu menyambutku dengan hangat, ah bu Mei... beliau seperti ibuku yang kedua. Akupun menjelaskan maksudku. Karena bu Mei sibuk sekali beliau menyuruhku menjelaskan maksud dan tujuanku. Tanpa bicara panjang lebar (Sepertinya beliau faham) akupun menjelaskan kepada beliau, Bu Mei menyuruhku meninggalkan format LoR-nya. Beliau menyemangatiku ”Bismillah ja ya mbak! Semoga berhasil!” kata-kata bu Mei membuatku merasa tidak nyaman. Sepertinya untuk berhasil adalah hal yang mustahil, melihat TES TOEFLku yang hancur (menurut terawanganku nih!).
Bu Mei bilang kalau sudah selesai diisi, aku akan dihubungi beliau. Beliau menjanjikan kemungkinan hari senin baru bisa selesai. Karena besok (sabtu) kampus libur. Akupun dengan senang hati menerimanya dan berharap semoga Bu Mei tidak lupa. Karena Senin sudah tanggal 14 Juli. Itu artinya, hari itu adalah hari terakhir aku harus mengirimkan semua Aplikasi IELSP (coz- hari selasanya 15 July – adalah paling lambat : ”must be received by IIEF no later than July 15 2008”). Dan jika semua aplikasi sudah lengkap hari itu (plus ambil hasil TOEFL di SEU untuk tahu hasilnya n melengkapi Aplication Formnya), aku bisa mengirimnya lewat Kurir, jadi satu hari bisa sampai. It’s mean that hari selasa (15 July) dah sampai di IIEF Jakarta (itu kalau semua lancar)!.
Di sisi lain, Aku juga harus mengurus keuangan untuk berangkat presentasi Karya Tulisku yang 4 hari di Jogja (17-20 juli 08). Wah... Ribet banget! Sebagai ketua DEMA, harusnya bukan aku yang mengurusnya. Tapi bagaimana lagi, adik-adik pada sibuk ujian (Angkatanku sudah selesai ujian)  jadi biar aku saja yang mengurusnya. Kasihan mereka jika harus mengurusnya di tengah ujian seperti ini. Apalagi mereka juga harus mengurus persiapan Up Grading DEMA IKA!
Astaghfirulloh....
Aku baru ingat. Bukankah Up Grading kami hari senin besok! Aku semakin bingung, bagaimana nanti aku membagi waktu, UP Grading kami di Hutan Wisata Tinjomoyo, jauh dari Kampus. Sedangkan hari itu, aku harus mengurus semua aplikasi beasiswa di kampus. Aku cemas, tapi tetep cool dong. Pasti ada jalan!
Aku mencari pak Untung, hari kamis kemarin beliau ke Jakarta, mungkin hari ini sudah kembali ke Semarang. Ternyata belum. Aku makin panik. Banyak yang belum terselesaikan ni untuk syarat-syaratnya. LoR yang paling pentingpun dua-duanya atau salah satu aku belumdapat. Aku mulai pesimis, tapi tetap melangkahkan kaki ke kantor Tata Usaha, minta mbak Diah untuk Letter of Enrollment, ternyata juga baru bisa selesai hati senin. Aummmm..... sepertinya senin adalah hari penentuan nih!
Ya sudah...
Akhirnya aku putuskan untuk mengurus syarat-syarat lainnya. Dengan langkah gontai memikirkan hal terburuk untuk hari senin, akupun pulang ke kos.
Hari itu rasa jenuh, malas, dan marah menghampiriku. Setan kembali membisikkan rayuannya. Menyuruhku untuk BERHENTI di sini saja! Tidak akan bisa hari senin aku menyelesaikan semuanya! Sudah ndri! BERHENTI SAJA! Tidak usah dilanjutkan! Tidak ada hasilnya! Lagipula hasil TOEFLmu pasti tidak memenuhi target minimal untuk daftar beasiswa ini. SUDAH! BERHENTI SAJA! DARIPADA KAMU BIKIN MALU! DARIPADA GAGAL! DARIPADA SEMAKIN NGABISIN UANG BANYAK BUAT COPY, BUAT NGIRIM ini ITU! SUDAH, BERHENTI SAJA!!
Sabtu dan minggu aku hanya berdiam diri saja. Malas beraktivitas. Pasrah!! Aku malas coz masih harus melengkapi Aplikasi yang 10 halaman, dalam bahasa inggris pula. MALASS!! AKU SEBEL! (Sepertinya ini bukanlah diriku).
Malamnya....
Seperti biasa, setelah maghrib aku terisak kembali. Aku hanya bisa minta petunjuk pada yang Hakiki. Dan Allahpun menyadarkanku.
Aku tersadar! Ini bukanlah DIRIKU! Mana INDRI yang katanya takut gagal karena tidak mencoba! Mana INDRI yang katanya siap menerima semua konsekuensinya! Mana INDRI yang katanya tidak mau menyia-nyiakan kesempatan! Jika sudah kalah sebelum berbuat-apa-apa! INDRI, kamu belum mengerjakan apapun! Lalu bagaimana mungkin kamu bisa mengatakan bahwa kamu sudah gagal! Kamu belum tahu hasilnya! Lalu kenapa kamu malah bilang bahwa kamu gagal! INDRI... ini bukanlah kamu. Seorang indri tidak akan membuat keputusan picik seperti sekarang. AYO INDRI! Ini adalah sebuah peluang! Jangan sia-siakan peluang! Untuk apa utang uang Mery? Untuk apa belajar TOEFL? Untuk apa kamu melakukannya, Jika kamu sudah menyerah! DASAR PENGECUT!
”Dan Janganlah kamu berputus asa, sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah hanyalah orang-orang kafi.” (Q.S Yusuf. 87)
Mendengar kata-kata itu terngiang di telingaku, semangatku kembali terlecut. INDRI harus bangkit. Aku harus melakukannya demi mendapat RIDHO ALLAH! Ingat INDRI, Untuk Mendapat RIDHO ALLAH! Itu adalah tujuan yang terbaik. BUKAN APAPUN. Jika aku GAGALpun yang penting aku telah melalui sebuah PROSES, dalam proses inilah aku belajar, belajar menerima kenyataan, belajar menerima kegagalan, belajar untuk bangkit dan bangkit lagi! Ya, aku harus melakukannya untuk mendapat Ridho Allah. Hasil, itu adalah sebuah bagian dari usaha. Apapun hasilnya, aku harus meyakinkan diriku bahwa Allah memiliki rencana yang lebih indah! Jauh lebih indah dari apapun. Dan aku meyakininya.
Sangat meyakininya!.
Akupun bangkit kembali. Aku membaca Ayat Alqur’an sambil tersedu. Hingga Adzan Isya memanggil hamba-hamba Allah untuk kembali menghadap.
Setelah Isya....
Seolah baru saja ter-Charge, aku segera melihat kembali halaman pertama Aplication Formnya IELSP (Coz halaman pertama dari 10 halamannya adalah Guidelines in Completing the IELSP Aplication Form n Document Checklist)
 REQUIRED DOCUMENTS
1) Completed and signed IELSP application form. (aku memutuskan untuk mengisinya malam ini)
2) 1 (one) color photograph 4 x 6 cm – affix it in the provided box. (aku cek kembali di dompetku, ternyata fotonya sudah tergores-gores alias dah usang, jadi aku memutuskan untuk mencetak ulang)
3) 1 (one) copy of TOEFL®ITP or International TOEFL® score.  (tadi siang, aku menerima telepon dari SEU, katanya semua syarat dikirim langsung ke IIEF ja, hasil bisa menyusul, biasanya IIEF hasil tes ITP TOEFL sudah langsung disampaikan ke IIEF).
4) An official letter of enrollment from university, stating that you are still an active student and have not graduated yet/not completed any graduation process. (yang ini masih ambil hasilnya besok siang di kampus)
5) 1 (one) legalized copy of your university transcript records from the 1st semester to the last semester prior to the semester you are currently in. (ini aku sudah punya, n sudah kucopy, besok tinggal minta legalisir dari kampus)
6) 1 (one) copy of high school diploma (does not have to be translated). (sudah ada)
7) 1 (one) copy of high school transcript record (STTB) (does not have to be translated). (sudah ada)
8) At least 1 (one) Letter of Reference from Faculty Member (use the attached form, and put it in a sealed envelope), preferably from your English teacher at the university. Attention: please do not send the letter separately. (nunggu dari Bu Mei dan Bu Wati)
9) 1 (one) copy of valid Identification Card (KTP) in an A4-size paper (No translation needed for all documents. (sudah beres)
 RECOMMENDED DOCUMENTS
1) Copies of certificates or awards received  (belum ku copy (sekitar 25 sertifikat sejak semester 1 sampai sekarang, sertifikat macem2 deh)
2) Copies of abstract from published articles, research projects, papers presented at conferences, etc. that you have produced  (belum kucopy(karya tulis n artikel))

Jam 08.00 malam aku keluar bersama si Piyo. Muter-muter ngesrep buat cari tempat foto copy. Ternyata pada tutup semua. Oiya…. Hari ni kan hari minggu, jadi banyak toko yang tutup. Aku masih muter-muter buat nyari toko foto copy. Akhirnya aku menemukan juga tempat fotocopy yang pandai mencari peluang (maksudnya: minggu juga buka!. Hehe). Aku lupa nama tokonya, yang jelas tempat fotocopynya deket sama cafe jus ”MERDEKA”, sebelah baratnya toko parfum ”Breng-Breng” persis. Lama banget ngopy arsip-arsipku. Soalnya harus rangkap tiga sich! Sambil menunggu copy-an yang lama, aku menghubungi bu Mei dan Bu Wati, niatnya sekedar mengingatkan tentang LoR yang aku minta. Bu Wati mengatakan bahwa LoRnya udah dititipin ke pak Untung, sedangkan bu Mei Hpnya sedang tidak aktif.
Setelah ini, aku harus cari tempat buat cetak foto, Aku juga khawatir. Jangan-jangan juga pada tutup semua? Ternyata juga pada tutup, untungnya ada juga yang buka. Itu lho, yang deketnya ”Chamber Net”  aku juga ga tahu nama tokonya nih (kalo ga salah sich Chic... apa gitu). Jadinya besok pagi jam 9. OK deh!!
Setelah semua urusan beres, aku kembali ke kos dengan perasaan SEDIKIT lega dan KHAWATIR. Jam 9 malam, mencoba menghubungi bu Mei dan Pak Untung. Buat janji dengan pak Untung untuk ketemu di Kampus. Beliau menyanggupi jam 10an. Sedangkan Hp Bu Mei masih belum aktif Hpnya.


Malam berlalu dengan teguh pada tenangnya:
Aku bergulat antara keengganan dan kepasrahan. Dosenku susah dihubingi, tapi sudah sampai sejauh ini, aku tidak mau menyerah oleh keadaan. Application form beasiswa masih didepanku. Menunggu tanganku mengisinya. Karena semua harus dalam format bahasa inggris, aku memutuskan untuk menulisnya dalam bahasa indonesia terlebih dahulu. Mengambil kertas A4, dan....set, mulai menulisnya dalam bahasa Indonesia. Niatnya sich, ntar mau aku salin dalam bahasa Inggris. Aku bingung sekali... berkali-kali aku terhenti di tengah kalimat atau terhenti di tengah paragraf, mengisi aplication form untuk beasiswa memang susah, tidak semudah menulis dan mengarang, walaupun aku suka sekali menulis prosa. Ah... saking bingungnya, sampai pagipun aku belum menyalinnya dalam format bahasa inggris. Masih bingung.
Sudah jam setengah enam pagi. Harus mAndi dan siap-siap buat kumpul di GSG (Gedung Serba Guna). Hari ini ada Acara Up-Grading DEMA IKA, kumpul di GSG dulu sebelum berangkat ke Hutan wisata Tinjomoyo. Rencananya pembukaan acara jam 6 pagi. Tapi jam setengah tujuh baru pada kumpul. Semua pada bawa motor. Boncengan dua-dua. Aku masih bingung, apa aku harus ikut mereka ke Tinjomoyo untuk Up Grading ya? Aku harus melengkapi seluruh aplication form yang masih belum kelar juga. Tapi di sisi lain, aku harus meninggalkan teman-teman, aku Ketua Dewan Eksekutif Mahasiwa ini, lalu... aku malah tidak ikut acara Up-Gradingnya. Aku benar-benar merasa bersalah.
Pak Bambang tidak bisa membuka acara, karena sedang di luar kota, begitu juga dengan bu Dian,dosen kami. Beliau tidak bisa membuka acara menggantikan Pak Bambang gara-gara sakit. Cepat sembuh ya ibu!
Setelah membuka acara pagi itu, akupun dengan berat hati minta izin ke semua, aku datang ke tempat OutBond Upgrading-nya telat, nyusul ja. Coz masih harus ngurus keuangan buat berangkat ke Jogja – acara Temilnas yang tinggal 3 hari lagi, juga mengurus keuangan buat Dianis (dept. HubLu), yang mau berangkat ke Bandung untuk acara KMKInya. Aku tidak menjelaskan ke semua, kalau sebenarnya, selain mengurus yang dua itu, aku juga mau mengurus kelengkapan aplication form beasiswaku. Terus terang, sampaii saat itu aku masih berpendapat bahwa semua itu masih ”TOP SECRET”.
Seperti dugaan, semua mengizinkanku, dan mendo’akanku agar mudah ngurus keuangannya (selama ini, masalah keuangan paling sensitif dan sering belibet banget), akupun mengAmini-nya. Setelah semua berangkat ke Tinjomoyo, aku kembali ke kos, mengambil semua persyaratan beasiswa yang sudah aku siapkan sebelumnya. Dan memutuskan untuk ke kampus jam 9, setelah semua selesai. Melanjutkan kembali, mengecek kelengkapannya, memilah-milah, untuk bendel pertama, copian untuk bendel ke dua dan ke tiga juga. Aku mulai menyusunnya dengan rapi.
Sampai hampir jam 9, tetapi tetap saja, aku belum selesai menterjemahkan tulisanku dalam bahasa Inggris, aku terfokus pada ” bagaimana membuat grammar yang benar”, bukan bagaimana menuangkan apa yang seharusnya aku tulis. Gara-gara terlalu banyak mikir, akhirnya.. hanya setengah halaman dari kolom yang disediakan yang aku isi. Habisnya, masih bingung untuk menulis sich. Akhirnya... walaupun banyak yang belum terselesaikan, aku tetap berangkat ke kampus (setelah salat duha-dan mohon diberi kemudahan oleh Allah).
Mampir buat ambil foto 4x6 dulu. (waktu aku markir motor, kunci motornya masih tertinggal di motor, sampai aku keluar studio-fotonya. Syukurlah, masih sepi, jadi tidak ada orang yang tahu kecerobohanku.
Sampai di Kampus, seperti rencana awal, coba nemui bu Mei, Beliau masih sibuk sekali- ada tamu. Baru jam sepuluh, aku bisa bertemu dnegan beliau (Saat itu aku membayangkan... teman-teman yang sedang Up-Grading – KETUA DEMAnya ga ikut, aku dipenuhi rasa bersalah) dan.... seperti dugaanku, bu Mei lupa mengisi LoR-nya. Tapi beliau langsung menyuruhku duduk dan menunggu, beliau mengisi LoR saat itu juga, sambil berkali-kali minta maaf karena lupa. ”Ah...ibu, saya malah yang harusnya minta maaf, terlalu banyak merepotkan ibu... dan terlalu banyak mengecewakan. Belum bisa membanggakan PSIK UNDIP.” Bu Mei bertanya, apakah harus diketik atau cukup ditulis tangan, karena biasanya beliau memebuat LoR untuk dosen PSIK selalu diketik. Aku dengan mantap (walaupun sebenarnya bingung, tulis tangan apa ketik ya sebaiknya?) menjawab, tulis tangan saja ibu, tidak apa-apa. Sambil tersenyum.
Bu Mei menulisnya sambil sesekali menyela dengan pekerjaan beliau. (maklum, sekarang sedang proses untuk menjadi ketua ProDi Kami yang baru, menggantikan bu Setyowati yang ditarik ke Universitas Indonesia). Jam setengah 11 siang, pak untung datang ke ruang dosen dengan tas besarnya. Melihatku, beliau sepertinya sudah mengerti apa yang seharusnya dilakukan. Setelah meletakkan tas punggung di meja kerja, beliau menghampiriku, dan menyerahkan Aplication form dari bu Wati. Akupun mengucapkan maaf dan terimakasih kepada beliau. Dan segera SMS bu Wati, ”Ibu... LoRnya sudah saya terima, terimakasih.”
Aku membuka amplop coklat besar dari pak Untung. Isinya pasti LoR. Saat membukanya aku terperanjat. LoRnya masih di tulis tangan. Kata pak Untung, ”silakan diketik komputer sendiri”- itu titipan pesan dari bu Wati. Antara kaget dan bingung, aku hanya tersenyum dan mengucapkan terimakasih kepada pak Untung sekali lagi. Bu Mei melihat LoR yang aku bawa, dan berkomentar ”bener mbak Indri, boleh ditulis tangan begini sambil menunjuk LoR yang beliau isi. Dan aku kembali meyakinkan beliau ”Benar ibu, boleh diisi pakai Bolpoin.”. Beliaupun menyelesaikannya.
Setelah mendapat LoR dari bu Mei. Aku segera ke Mbak Dyah, mengambil letter of enrollment. Ternyata mbak Dyah juga lupa... Haduuuh... Gimana dong? Dengan was wis wus wes wos.... aku merengek minta dibuatkan saat itu juga. Mbak Diyah dengan berat hati akhirnnya menyanggupinya. Maaf banget ya mbak! Aku jadi merasa serba tidak enak.
Sambil menunggu surat dari mbak Diyah, aku SMSan ma Opat. Katanya, dia sudah siap mengirim semua aplication Formnya ke Jakarta. Lewat TiKi katanya. Akhirnya aku tanya Opat, TiKi di Tembalang di sebelah mana, kata Opat di depan Polines. Ok Pat. Thx.
Aku melesat ke lantai tiga. Di Lantai tiga ternyata ada acara kemuslimahan. Di Ruang Kuliah 2. Aku putar haluan, menuju meja panjang sebelah ruang kemahasiswaan, menata kembali Aplication Form yang masih amburadul dan belum terselesaikan. Melihat kembali LoR dari bu Wati yang masih di tulis tangan menggunakan pensil. Karena waktu yang mendesak, aku tidak bisa mengetiknya dulu di Rental, maka aku putuskan untuk menebalinya dengan bolpoin. Akhirnya, semua selesai pukul 11.30,
Wulan adik kelasku menyapaku dan bertanya banyak hal padaku, dia panitia acara kemuslimahan. Saking panas dinginnya diriku, aku tidak banyak berkomentar dengan pertanyaanya. Maaf ya dik... :(
Pukul 11.30 aku kembali ke mbak Dyah. Minta letter of enrollment. Sudah jadi. Tapi aku disuruh mengCopynya dulu. Mana foto copy mas Jo tutup lagi. Akhirnya aku Copy di MIPA. Alhamdulillah buka.
Jam 12 kurang seperempat aku berangkat ke TiKi. Nyari-nyari Tiki, akhirnya ketemu, di perempatan depan polines, sebelah barat tempat FotoCopy. Aku masuk... (ga bisa buka pintunya, ternyata disuruh geser pintu  aku malah menarik dan mendorongnya heh...dasar bodoh), padahal di pintunya tertulis ”GESER ”. (Jadi inget cerita misteri humor di TV yang diceritain ma Pinpo ni).
Mas yang jaga Tiki bilang, TiKi tutup jam 5 sore. Alhamdulillah, aku belum selesai Translate LoR ke dalam bahasa Inggris dan belum selesai menyalinnya ke kertas Aplication Form-nya. Aku mulai menyusun jadwal kilat. ”Ni langsung menyusul teman-teman Up Grading, tadi aku banyak dapat SMS katanya kedatanganku masih ditunggu oleh semua. Selesai Up Grading jam 2an ini sesuai perjanjian dengan trainernya, katanya maksimal selesai jam 2. terus habis itu, aku harus nyelesaiin Aplication Form, n ngirim ke TiKi. Tapi.... Mas Yang jaga TiKi bilang, kalau sebelum jam setengah tiga, semua paket yang di TiKi diambil sama Mobil Box dari Tiki pusat, untuk selanjutnya dikirim, jadi satu hari bisa sampai jakarta. Kalau lebih dari jam setengah tiga sore, maka semua paket yang diserahakan ke TiKi baru bisa sampai ke Jakarta dalam waktu dua hari. Alias lusa.
Yah... hatiku khawatir, bisa ga ya... aku ke TiKi sebelum jam setengah tiga? Akhirnya aku Cuma bilang ke Masnya untuk menungguku. Mas yang jaga Tiki bilang, akan menungguku sampai jam 5 sore (coz TiKi tutup jam lima sore). Cuma, masnya pesan, kalau aku ingin agar paketku bisa sampai ke Jakarta besok pagi, aku harus ngirim maksimal nanti sore jam setengah 3. OK deh mas, aku usahain dulu, kalau berkas-berkasku dah selesai semua, aku akan ke TiKi sebelum jam setengah tiga. Moga aja bisa. ”Oya Mas.... Berapa bayarnya?” aku nanya duluan biar bisa nyiapin uang. Sapa tahu bayarnya mahal, coz ni pertama kali aku ngirim lewat kurir.
”18.500 mbak!” satu hari bisa sampai. Tapi mungkin sampainya sore. Kalau mau yang lebih cepet, hargannya 51.000, biasanya dipastikan sampai tujuan sebelum duhur.
”O... Itu ada batasan berat kirimannya ga mas?”
”O..iya, itu berlaku untuk kiriman dengan berat maksimal 1 Kg, kalau lebih dari satu kilogram, berarti harganya nambah lagi.”
”Ok deh mas, makasih.”
Dengan sedikit lega, aku meluncur ke kos, masih sambil menenteng plastik besar berisi amplop coklat yang besar-besar dan berisi berkas untuk beasiswa.
Sepertinya adzan hampir berkumandang, aku segera menuju kos, menaruh semua berkas-berkas di kamar dan segera meluncur ke Tinjomoyo, semoga saja Outbondnya belum selesai. Kata ketua panitianya selesainya ba’da duhur. Maksimal jam dua siang. Huh... aku jadi semakin merasa bersalah. HandPhoneku berdering berkali-kali, Aku melihat, ada 5 sms, semua dari adik-adik yang ikut Up-Grading. ”Kami tunggu mbak Indri.!Semangat!!”, aku membulatkan tekadku untuk pasrah, aku yakin... Pasti ada jalan. Dibalik kesulitan pasti ada kemudahan. Akupun akhirnya membulatkan tekad untuk meluncur ke Tinjomoyo. Menyusul acara Up-Grading pengurus DEMA. Jam 12. 15 menit aku sampai (lumayan ngebut juga, n sempat bertanya tentang letak Tinjomoyo, coz aku sendiri nggak pernah ke sana. Untungnya, waktu aku ke Gunung Pati, aku melewati jalan yang menuju ke Tinjomoyo. Jadi, tidak terlalu sulit menemukannya).
Hutan Tinjomoyo lumayan asri, hanya saja nampak tidak terawat. Sebelum masuk ke wilayah hutan wisata itu, aku melewati jembatan kayu yang nampak masih kokoh. Di bawahnya sungai tak berair. Kering kerontang. Yang ada Cuma batu-batu besar yang nampak kekeringan. Memang sangat jarang hujan. Motorku masuk ke area Outbond, di pintu gerbang tadi aku sempat bertanya pada seorang tengah baya, sepertinya beliau penjaga hutan itu. Lalu beliau menunjukkan ke arah aula yang di depannya nampak banyak motor diparkir. Mungkin itu peserta Outbound DEMA IKA. Aku meluncur ke sana setelah mengucapkan terima kasih kepada bapak setengah baya itu.
Di luar dugaan, aku hanya menemukan tiga orang di aula. Aku yakin mereka adalah sie Konsumsi, soalnya lagi nunggu makanan sich. Hehe. Dugaanku benar.
Semua teman-teman masih sibuk dengan Outbond, sekarang sedang persiapan Flying Fog. Aku tertarik tapi tidak ikut, karena hanya beberapa orang saja yang boleh nyoba permainan yang satu itu. Waktu terbatas. Belum pada shalat juga. Aku hanya mencoba satu permainan. Itupun...aku lupa namanya... pokoknya yang turun dari atas menara pake tali gitu dech.
Walaupun mengikuti OutBond, tapi fikiranku masih terpaut pada berkas-berkas beasiswa yang masih menumpuk di kamarku. Tapi, bagaimanapun juga, ini juga tanggungjawabku untuk hadir di acara Up-Grading Organisasi yang aku sendiri adalah ketuanya.
Aku sama sekali tidak bisa menikmati acara OutBond hari itu, meskipun, aku nampak ceria. Berkali-kali aku emnengok jam tanganku. Sekarang sudah hampir jam dua. Tapi OutBond belum selesai juga. Padahal belum pada shalat. Aku ingin izin meninggalkan Outbond, tapi tidak enak. Aku sudah tidak hdir dari awal, masak.... aku juga nggak hadir di akhir acara. Akhirnya aku putuskan untuk menunggu sampai selesai. Jam 2 lebih 10 menit kami baru salat. Di aula yang lumayan kotor. Menggunakan slayer kami untuk sajadah. Setelah itu aku diajak muter-muter hutan pake motor oleh Endah. Adik kelasku juga. Sambil nunggu yang lain selesai sholat katanya.
Jam 14.30, kami baru persiapan untuk penutupan, dan jam 14.45 baru bisa pulang ke Kos.
Tanpa pikir panjang, sampai di kos sudah jam 3, tapi adzan belum berkumandang. Biasanya adzan jam 3.15 menit. Aku langsung masuk kamar. Menutup pintu. Dan kembali membuka berkas-berkasku yang masih belum terselesaikan. Lalu menatanya berjajar di lantai kamarku.
Adzan berkumandang, aku shalat asar, berjamaah dengan yang lain, meninggalkan semua berkasku di kamar. Aku ingin menangis lagi (cengeng ya!). sekarang sudah jam setengah 4, berarti semua berkasku tidak bisa sampai di Jakarta tepat waktu (besok/ 15 Juli 2008), Ingin rasanya aku putus asa.... sudahlah... tidak usah dikirim. Toh sudah terlambat kalau kamu kirim sekarang ndri! Kata-kata itu tib-tiba menggema di telingaku.
Aku langsung teringat perjuanganku(hiperbolik bgt!) dari awal aku meutuskan untuk ikut program ini, sampai sore ini.. jadi... entah terlambat entah tidak... aku harus menyelesaikannya dan mengirimnya sore ini. Masalah nanti semua berkasku ditolak karena terlambat mengirim, itu urusan nanti. Yang penting aku harus menyelesaikan semuanya... TIDAK BOLEH SETENGAH-SETENGAH!!. AYO SEMANGAT INDRI!!
Setelah Shalat ashar... aku kembali ke kamarku. Menutup pintu. Dan bertekad menyelesaikan semua karangan dalam bahasa Inggrisku ( aku mengatakan karangan karena mengisi application formnya yang sepuluh halaman dengan bahasa inggris itu seperti membuat karangan saja). Aku tidak peduli dengan teriakan Selvi yang datang membawa Rujak Es Krim. Biasanya... aku selalu tergoda dengan makanan. Tapi... entah kenapa... saat itu, yang ada di fikiranku adalah bagaimana menyelesaikan semua berkas sebelum jam 5 sore itu. Tanpa menyalin atau menterjemahkan tulisanku tadi malam, aku hanya menulis apa yang aku tulis, tidak peduli dengan grammar, tidak peduli dengan penulisan vocab yang salah, tidak peduli dengan susunan yang amburadul. Yang penting nulis!!
Yang ada dibenakku hanya menulis dan mengalirkan apa yang ingin aku tulis, tentang kondisiku, tentang diriku, tentang keorganisasianku, tentang karya tulisku, tentang keinginanku, tentang semua hal yang dibutuhkan oleh application form itu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SAYA dan EWB (Education Without Border) 2011 - Dubai d Abu Dhabi - UAE 27-31 March 2011

MERAJUT dengan HATI ^_^

PROSES PEMBUATAN TEMPE AL-AMAN (COCOK UNTUK NEGARA 4 MUSIM).