KEDERMAWANAN YANG DILIPATGANDAKAN


"Perbandingan (pahala) orang-orang yang membelanjakan hartanya di jalan Allah (adalah) seperti satu biji yang menumbuhkan tujuh bulir, di tiap-tiap bulir ada seratus biji, dan Allah akan menggandakan (pahala) kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Allah itu Luas (pemberian-Nya) lagi Sangat Mengetahui." (QS al-Baqarah (2): 261.



Sekelompok mahasiswa siang ini menemuiku. Seperti biasa, curhat problem yang mereka hadapi. Aku terus terang selama setahun bekerja di Institusi ini tidak pernah memasang pembatas yang kentara antara aku dan mahasiswa. Usiaku tergolong muda untuk jadi pengajar mereka, jadi selalu berusaha menempatkan diri bahwa mahasiswa adalah adik-adikku, jika ada masalah, aku selalu bersedia mendengarkan keluhan mereka, walaupun terus terang aku terkadang tidak bisa memberi solusi bagi permasalahan yang mereka hadapi, tapi setidaknya aku bias mendengarkan keluhan yang mereka rasakan ditambah lagi sesekali bias member solusi baik direct solution dariku maupun indirect solution, yang dalam hal ini aku hanya sebagai perantara permasalahan mereka. Dan alhasil, aku sering sekali mendapati mahasiswa yang ingin berkonsultasi- mirip konsultan banget ni aku :P
Karena letak meja kerjaku di departemen yang berada di pojok ruangan, terkadang kesulitan menerima beberapa mahasiswa, maka siang ini aku mengajak kelompok mahasiswa untuk berbicara di ruangan depan departemen Jiwa dan Komunitas (kantorku), ruang itu adalah “ruang diskusi dengan hati”. Nama ruang ini memang unik, ketua program studiku yang memberikan nama ruangan ini dengan nama “ruang diskusi dengan hati”. Tujuan utama agar ruangan ini benar-benar bisa dipakai sebagai ruangan diskusi antar siapa saja dengan tetap mengedepankan hati yang penuh cinta.
Akhirnya aku tahu permasalahan yang dihadapi mahasiswa-mahasiswa semester akhir ini. Mereka tidak sedang mengutarakan permasalahn yang mereka hadapi, melainkan mengutarakan permasalahan yang dihadapi salah seorang teman satu kelas mereka.
Ada 4 mahasiswa yang menemuiku, Mahasiswa A berkata: “Rekan kami sedang mengalami musibah ibu…sekaligus mengalami masalah ibu” sesaat terdiam, aku memberinya kode untuk melanjutkan. “masalah financial ibu..” lanjutnya. Si A kemudian melirik si B, seolah memberi kode agar si B melanjutkan.
Aku memandang si B dengan tersenyum. Memberi ruang longgar untuknya agar bias melanjutkan cerita dengan tanpa tedeng aling-aling, pembatas.
Akhirnya, dengan lancar dan ditambahi oleh si C dan si D, terungkaplah permasalahan teman mereka si Z. Si Z sedang mengalami kesulitan pendanaan, Di saat yang sama, si Z harus mengikuti pelatihan dengan biaya X (baca: sekian juta), juga harus segera membayar uang profesi (semester akhir setelah selesai S1 keperawatan, masih harus melanjutkan program profesi 1 tahun yang merupakan rangkaian, dengan biaya tentu saja X). X (sekian juta) itu mungkin ringan bagi kita dengan kondisi ekonomi menengah ke atas, namun jika menengah ke bawah, uang X itu terasa berat. Di saat yang sama, Ayah si Z sekarang tengah sakit, sehabis kecelakaan dan mengalami patah tulang. Parahnya lagi, ayah si Z tidak dibawa ke rumah sakit karena tidak ada biaya. Jadi sampai saat ini masih di rawat di rumah.
Aku miris sekali mendengar cerita dari adek-adek, Airmataku rasanya tidak bias ku tahan, tapi aku tidak ingin menunjukkannya ke mereka, apalagi beberapa di antara mereka berempat bercerita sambil menangis menceritakan masalah rekan mereka.
Teman-teman satu kelas si Z juga saat ini tengah berusaha untuk mengumpulkan dana bantuan untuk si Z, ada yang melakukan tensi murah di simpang lima, jualan baju bekas, menjual roti dan beberapa cara lain mereka usahakan untuk membantu menyelesaikan masalah keuangan si Z. Aku benar-benar terharu dengan semangat anak-anak ini. Semangat cinta dan kekeluargaan, tema yang setiap hari mereka ganyang di jurusan keperawatan ini.
Mereka menemuiku karena ingin mencari solusi financial yang bisa menjadi tambahan atas usaha mereka, yang hitung boleh itung masih kurang banyak untuk bisa membantu si Z.
Di saat seperti ini, aku ingin menjadi seorang milyader, yang dermawan dalam menyisihkan rezeki untuk mereka yang membutuhkan. Saying, aku terhitung baru di tempat kerja ini, orang bilang masih bau kencur, terus terang untuk mengeluarkan uang sejumlah XX (berjuta-juta) rasanya masih belum bisa karena kebutuhan dan gajiku yang hampir seimbang.
Aku, terus terang juga menghandle beasiswa DNS (Diponegoro Ners Scholarship) – beasiswa dari para alumni Ners PSIK UNDIP kepada adek-adek untuk area Jateng-DIY, tapi apa boleh buat, uang beasiswa itu sudah habis kami alokasikan untuk para penerima beasiswa yang beberapa saat lalu barusaja kami umumkan penerimanya.
Akhirnya aku hanya bisa menjanjikan usahaku untuk lobi pimpinan dan dosen di ruang departemenku mengenai masalah si Z, siapa tahu ada solusi. Karena deadline pelunasan keuangan tinggal 5 hari lagi dan besok hari sabtu dan minggu, kampus libur, maka mau tak mau aku harus mengurus secepatnya.
***
Setelah menyampaikan permasalahan yang dihadapi si Z kepada pimpinan, akhirnya ada rapat para pimpinan yang hasilnya Alhamdulillah sangat sesuai harapan. Si Z diizinkan untuk tidak mengikuti kegiatan pelatihan dengan biaya X, walaupun itu adalah syarat wajib yang seharusnya diikuti oleh mahasiswa semester akhir.
Tidak sampai di situ, sehari kemudian, ada senior (rekan satu departemenku)/ si F yang merasa trenyuh dan menangis ketika aku menceritakan permasalahan si Z, dan dengan diam-diam tanpa sepengetahuan dosen/rekan kerja lain, si F memberikan bantuan sejumlah XX (berjuta-juta) untuk membantu biaya si Z, tapi dengan syarat untuk hal yang penting, bukan untuk pelatihan (karena pelatihan sudah diijinkan untuk tidak mengikuti- pengecualian). Sebagai perantara uang dr si F ke anak Z, aku menyampaikan kepada si Z bahwa nama donator bersifat rahasia dan tidak mau disebut nama. Si Z berkali-kali berterimakasih padaku (walaupun ia tahu uang itu bukan dariku), ia juga mendoakan agar si donator senantiasa mendapatkan ganti berlipat dari Allah.
***
Akhirnya, masalah si Z bisa teratasi dalam waktu singkat, Dan benar saja, do’a si Z untuk si F didengar oleh Allah. Selang dua hari dari sedekah si F untuk si Z, saya benar-benar mendapatkan bukti bahwa janji Allah itu benar.Si F berhasil sukses dalam dalam agenda CCC (Rahasia :P) dan jika dihitung, dana yang ia dapatkan dr CCC itu 10 kali lipat dari yang kemaren ia keluarkan untuk si Z. Beberapa dosen di kampus ada beberapa yang mengikuti agenda CCC seperti si F, namun hanya si F yang lolos, padahal rekan dosen yang lain huebat-huebat. bahkan ada yang lulusan Luar Negri. Tapi bagaimanapun, tidak ada yang bisa mengalahkan kehendak Allah. Dan subhanallah sekali, uang sejumlah 10x yang diterima si F itu tidak hanya untuk sekali, tapi untuk seumur hidup (insyaAllah), Subhanallah bukan, benar2 dilipatgandakan Allah seperti biji yang menumbuhkan tujuh bulir, di tiap-tiap bulir ada seratus biji. Dan janji Allah yang manakah yang kamu dustakan? Allah mengganti dan member kemudahan hambanya yang mana memberi kemudahan kepada sesamanya.
Ibarat pohon yang kecil, kedermawanan itu nantinya akan tumbuh hingga membentuk sebuah pohon yang kokoh dengan cabang dan rantingnya yang rimbun dan semakin bertambah. Pasti bertambah, di dunia maupun akhirat. Semoga kita termasuk orang-orang yang beruntung. Aminnn.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SAYA dan EWB (Education Without Border) 2011 - Dubai d Abu Dhabi - UAE 27-31 March 2011

MERAJUT dengan HATI ^_^

PROSES PEMBUATAN TEMPE AL-AMAN (COCOK UNTUK NEGARA 4 MUSIM).