OUR FANTASTIC HONEYMOON
Makkah and Madinah
Selang beberapa hari setelah pernikahan, suamiku bercerita kepadaku tentang negeri impiannya.
Jangan di tanya, ketika aku ditanya tentang negeri yang ingin kukunjungi, aku menyebutkan negara-negara Eropa, atau seputar negara yang menyajikan eksotisme dunia.
Negeri impian suamiku berbeda..
Negeri di mana Baitullah berada, itulah negeri impiannya.
Terus terang, aku sebelumnya belum pernah menginginkan mengunjungi negeri ini dalam waktu dekat... yah, nanti-nanti sajalah, fikirku...
tepat beberapa saat setelah pernikahan, suamiku bilang bahwa ia sudah daftar berkunjung ke negri Impiannya satu tahun yang lalu.. seharusnya bulan ini ia berangkat,
tapi karena kami menikah .. sebuah hal luar biasa yang kami juga tidak pernah menduga sebelumnya,
akhirnya beliau menunda berkunjung ke Negeri Impiannya...
Bersama istri sekalian, katanya
Maka.. dalam waktu singta, suamiku mendaftarkanku agar bisa ikut bersamanya ke negeri Impiannya.
tepat bulan ke 4 pernikahan kami, kami berangkat...
Dan subhanallah, saat itu kami tidak hanya berangkat berdua, tapi bertiga dengan benih titipan Allah
di rahimku...
Aku benar-benar tidak mengira...
Ceritanya unik sekali ...
karena jika kita ketahuan hamil, maka kita tidak diperbolehkan untuk Vaksin meningitis syarat sebelum umroh). Jika vaksin tidak bisa, maka, kitapun sudah dipastikan tidak bisa berangkat ke tanah Suci.
Satu bulan paska menikah, aku sudah sempat cek kehamilan...
Saat itu suamiku bilang.. Kamu pasti hamil dek...
Begitu hasil testpack negative... aku rasanya kecewa...takut mengecewakan suamiku yang sudah yakin bahwa aku hamil...
Satu minggu kemudian, kami tes meningitis karena saat itu suami sudah mendaftarkanku.
Hasilnya pun negative..
Di satu sisi, aku dan suami merasa tenang karena itu berarti umroh kami yang tinggal sebentar bisa tetap terlaksana insyaAllah...
setalh itu... setiap hari aku merasa lemas sekali... tidak tahu mengapa.. mungkin karena berfikir bahwa suami sudah sangat berharap aku hamil...
Pada suatu hari, suami memandangku tajam, saat itu habis shalat subuh...
"feelingku, dinda hamil deh.." katanya" coba beli testpack" tambahnya.
Aku rasanya benar-benar takut kalau hasilnya negative lagi...
akhirnya suami membelikanku tespek dan memintaku cek...
Aku tidak mau melihat hasilnya, suami yang aku minta melihatnya...
Aku lihat setelah melihat hasil testpack, suami tidak berkomentar apa-apa... malah langsung ambil hp dan sms seseorang... sambil sesekali tersenyum...
Aku merasa mungkin dia kecewa dengan hasilnya... jadi mengalihkan perhatian...
"Ayank... gimana hasilnya? kok malah sms siapa sih? kataku sewot penasaran.
Dengan tenang suamiku menjawab.." Sms bapak ibu, kasih kabar... minta doanya buat kehamilan dinda". Cerssss... hatiku rasanya ... antara percaya dan tidak percaya, aku menyahut testpack yang di bawa suamiku.. sekarang dia masih sibuk sms, sms semua keluarga besar..sambil tersenyum-senyum snedirian.
Waktu melihat hasil... aku melihat ada dua strip merah di sana...
"Sebentar yank, dipastikan dulu ke dokter... kan pisitive bisa aja belum hamil.."
"sudah..percaya ama ayank... hamil..hamil.. feeling suami" katanya.
Seminggu kemudian kami ke dokter, saat kudengar degup jantung si kecil lewat USG, rasanya masyaAllah...
Fabiayyi aa laa irobbikumaa tukadzziban.
dan dokter mengatakan bahwa usia kehamilanku sudah 6 minggu (Satu setengah bulan). tepat isis satu minggu paska menikah.. begitu perkiraan dokter.
Aku teringat di minggu-minggu awal, suamiku selalu bilang kalau ia merasa aku hamil. berarti emang demikian :)
Lalu kenapa tes saat hamilku satu bulan atau pas vaksin meningitis juga (saat usia kehamilan berarti 5 minggu) hasilnya negative. Kata dokter sich memang biasanya bulan-bulan awal kadang testpack belum bisa mendeteksi.
tapi menurutku, ini cara Allah agar kami bisa berangkat ke Baitullah tidak hanya berdua, tapi bertiga. MasyaAllah :)
Selang beberapa hari setelah pernikahan, suamiku bercerita kepadaku tentang negeri impiannya.
Jangan di tanya, ketika aku ditanya tentang negeri yang ingin kukunjungi, aku menyebutkan negara-negara Eropa, atau seputar negara yang menyajikan eksotisme dunia.
Negeri impian suamiku berbeda..
Negeri di mana Baitullah berada, itulah negeri impiannya.
Terus terang, aku sebelumnya belum pernah menginginkan mengunjungi negeri ini dalam waktu dekat... yah, nanti-nanti sajalah, fikirku...
tepat beberapa saat setelah pernikahan, suamiku bilang bahwa ia sudah daftar berkunjung ke negri Impiannya satu tahun yang lalu.. seharusnya bulan ini ia berangkat,
tapi karena kami menikah .. sebuah hal luar biasa yang kami juga tidak pernah menduga sebelumnya,
akhirnya beliau menunda berkunjung ke Negeri Impiannya...
Bersama istri sekalian, katanya
Maka.. dalam waktu singta, suamiku mendaftarkanku agar bisa ikut bersamanya ke negeri Impiannya.
tepat bulan ke 4 pernikahan kami, kami berangkat...
Dan subhanallah, saat itu kami tidak hanya berangkat berdua, tapi bertiga dengan benih titipan Allah
di rahimku...
Aku benar-benar tidak mengira...
Ceritanya unik sekali ...
karena jika kita ketahuan hamil, maka kita tidak diperbolehkan untuk Vaksin meningitis syarat sebelum umroh). Jika vaksin tidak bisa, maka, kitapun sudah dipastikan tidak bisa berangkat ke tanah Suci.
Satu bulan paska menikah, aku sudah sempat cek kehamilan...
Saat itu suamiku bilang.. Kamu pasti hamil dek...
Begitu hasil testpack negative... aku rasanya kecewa...takut mengecewakan suamiku yang sudah yakin bahwa aku hamil...
Satu minggu kemudian, kami tes meningitis karena saat itu suami sudah mendaftarkanku.
Hasilnya pun negative..
Di satu sisi, aku dan suami merasa tenang karena itu berarti umroh kami yang tinggal sebentar bisa tetap terlaksana insyaAllah...
setalh itu... setiap hari aku merasa lemas sekali... tidak tahu mengapa.. mungkin karena berfikir bahwa suami sudah sangat berharap aku hamil...
Pada suatu hari, suami memandangku tajam, saat itu habis shalat subuh...
"feelingku, dinda hamil deh.." katanya" coba beli testpack" tambahnya.
Aku rasanya benar-benar takut kalau hasilnya negative lagi...
akhirnya suami membelikanku tespek dan memintaku cek...
Aku tidak mau melihat hasilnya, suami yang aku minta melihatnya...
Aku lihat setelah melihat hasil testpack, suami tidak berkomentar apa-apa... malah langsung ambil hp dan sms seseorang... sambil sesekali tersenyum...
Aku merasa mungkin dia kecewa dengan hasilnya... jadi mengalihkan perhatian...
"Ayank... gimana hasilnya? kok malah sms siapa sih? kataku sewot penasaran.
Dengan tenang suamiku menjawab.." Sms bapak ibu, kasih kabar... minta doanya buat kehamilan dinda". Cerssss... hatiku rasanya ... antara percaya dan tidak percaya, aku menyahut testpack yang di bawa suamiku.. sekarang dia masih sibuk sms, sms semua keluarga besar..sambil tersenyum-senyum snedirian.
Waktu melihat hasil... aku melihat ada dua strip merah di sana...
"Sebentar yank, dipastikan dulu ke dokter... kan pisitive bisa aja belum hamil.."
"sudah..percaya ama ayank... hamil..hamil.. feeling suami" katanya.
Seminggu kemudian kami ke dokter, saat kudengar degup jantung si kecil lewat USG, rasanya masyaAllah...
Fabiayyi aa laa irobbikumaa tukadzziban.
dan dokter mengatakan bahwa usia kehamilanku sudah 6 minggu (Satu setengah bulan). tepat isis satu minggu paska menikah.. begitu perkiraan dokter.
Aku teringat di minggu-minggu awal, suamiku selalu bilang kalau ia merasa aku hamil. berarti emang demikian :)
Lalu kenapa tes saat hamilku satu bulan atau pas vaksin meningitis juga (saat usia kehamilan berarti 5 minggu) hasilnya negative. Kata dokter sich memang biasanya bulan-bulan awal kadang testpack belum bisa mendeteksi.
tapi menurutku, ini cara Allah agar kami bisa berangkat ke Baitullah tidak hanya berdua, tapi bertiga. MasyaAllah :)
gbr: di Masjid Nabawi bersama si kecil di kandungan
Komentar
Posting Komentar
silakan Berkomentar