AIDS Mengintip Dibalik Semarak free Sex

Masa muda bisa dibilang sebagai masa pencarian sampai penemuaan identitas diri. Remaja cenderung memiliki “rasa” penasaran yang tinggi dalam berbagai hal, tak lepas pula dari rasa ingin sekedar mencicipi hal-hal baru. seks bebas misalnya, menjadi sebuah alternative hidangan baru bagi remaja. Hasrat untuk sekedar terpuaskan maupun sekedar having fun boleh jadi menjadi alasan utama perilaku remaja saat ini, yang bisa dibilang memang sudah neko-neko.
Ketertarikan terhadap hal-hal baru memang sesuatu hal yang wajar dan baik untuk masa pengembangan diri remaja, namun boleh jadi hal-hal baru yang muncul tersebut ternyata tidak semuanya berdampak positif bagi kepribadian remaja. Alasan lain yang paling banyak terlontar dari ketertarikan mereka untuk mencoba hal-hal baru adalah adanya rasa ingin tahu yang besar, Tidak ada yang salah dari sebuah rasa ingin tahu yang besar, kesalahan adalah pada mampu tidaknya mengarahkan rasa ingin tahu itu pada hal-hal yang beraroma positif dalam perkembangan kepribadian remaja sendiri.
Bahkan, hal-hal baru yang dicoba boleh jadi adalah sebuah pelarian terhadap masalah yang tengah dialami oleh remaja. Konflik internal dalam keluarga bisa menjadi factor pencetus yang mengakibatkan remaja mencari tempat pelarian baru untuk menghibur diri. Bagi mereka free sex sebuah jawaban tepat atas segala rasa penat dan bosan.
Lingkungan seringkali memberi dampak besar dalam mengenalkan Free seks, bagaimana dan dengan siapa ia bergaul akan semakin berpengaruh terhadap pola perkembangan dan proses interaksi sosial yang terjadi, teman yang baik, santun akan membentuk lingkungan yang sama, sedangkan teman yang tidak baik, suka mabuk, nakal, maka lingkungan yang terbentukpun demikian, jika remaja yang berada dalam komunitas tersebut tidak bisa mempertahankan kepribadiannya yang baik, maka boleh jadi ia akan terseret dalam komunitas yang tidak baik pula. Untuk itulah perlu pengawasan yang optimal dari keluarga.
Perlu disadari bahwa pelarangan akan semakin meningkatkan rasa ingin tahu remaja sehingga ia akan semakin terdorong untuk mencobanya, Itulah sebabnya, akan lebih efektif bila kita menghindari kata “jangan/tidak boleh” maupun pengharusan “harus” pada remaja. Penggunaan kata “harus” akan menimbulkan image memaksa. Perlu ditekankan bahwa pelarangan dan pengharusan remaja untuk menghindari hal-hal baru yang berbahaya seperti Narkoba maupun free sex akan mensetting pola pikir remaja untuk lebih memberontak dan semakin memperkuat keinginan mereka untuk mencoba.
Hal paling efektif adalah dengan memahamkan kepada remaja tentang cirri-ciri, bahaya, dampak negative, dari penggunaan free sex lewat pendidikan kesehatan. Sebenarnya keluarga diharapkan mampu melakukan cara tersebut, karena bagaimanapun, keluarga memiliki andil yang besar dalam menanamkan pemahaman lebih dini kepada remaja. Sayangnya, justru kegiatan pendidikan kesehatan seperti ini lebih banyak dilakukan oleh tenaga-tenaga kesehatan maupun sekolah-sekolah. Dan keluarga justru semakin acuh dengan perkembangan anak masa remaja. Padahal saat itu, saat dimana mereka tengah mengalami fase adaptasi untuk bisa memperkuat jati diri tanpa kehilangan control dan kasih sayang keluarga. Seharusnya di sini, keluarga mampu berperan secara optimal sebagai bentuk reinforcement. Sayangnya kesadaran keluarga khususnya orang tua terhadap pembimbingan anak masa remaja masih sangat minim.
Yang menyedihkan adalah, ketika anak di masa remaja tersebut terlanjur berbuat kesalahan maka orangtua cenderung marah dan menganggap anaknya sebagai anak yang tidak patuh maupun anak durhaka (versi Malin Kundang). Padahal boleh jadi tingkah laku menyimpang anak tersebut didasari oleh kekecewaan terhadap orang tua maupun kegagalan orang tua dalam mendidik anak.
Apalagi sekarang ini, banyak kita jumpai berbagai penyakit yang bisa menular lewat hubungan seks. Salah satu penyakit yang menular lewat hubungan seksual adalah penyakit AIDS. Penyakit yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immuno Deficiency Virus) ini masih terkesan sebagai penyakit yang mengerikan dan menakutkan bagi sebagian besar masyarakat. Walaupun tidak menular lewat mandi, berjabat tangan maupun makan bersama, masyarakat cenderung mengucilkan penderitanya. Hal ini disebabkan karena sampai sekarang penyakit ini belum ditemukan obatnya. Penyakit AIDS lebih banyak disebabkan oleh hubungan seksual bila dibandingkan dengan sebab lain seperti transfuse darah maupun lewat suntikan.
Penyakit Proporsi kumulatif kasus AIDS tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 20-29 tahun (53,80%), disusul kelompok umur 30-39 tahun (27,99%) dan kelompok umur 40-49 tahun (8,19%). Dengan penyebab utama lewat hubungan seks.
Berdasarkan data statistic kasus AIDS tersebut lebih dari 50 % kejadian AIDS terjadi pada usia remaja, Bagaimanapun juga, Kasus AIDS di bawah umur bisa saja terjadi, mengingat kasus free sex sekarang ini tidak hanya terjadi pada remaja usia di atas duapuluh tahun, melainkan juga terjadi pada siswa SMA, SMP bahkan sekolah dasar. Sayangnya, para penderita terkadang tidak menyadari bahwa dirinya Terpapar oleh virus ini karena tanda dan gejala yang signifikan baru terjadi setelah beberapa tahun.
Dalam periode Juli sampai dengan September 2007 diterima laporan AIDS sebanyak 695 kasus. Data diterima dari 20 provinsi. Provinsi yang melaporkan kasus AIDS adalah NAD (6 kasus), Sumatera Utara (3 kasus), Sumatera Barat (39 kasus), Riau (63 kasus), Jambi (6 kasus), Sumatera Selatan (3 kasus), Lampung (1 kasus), Kepulauan Riau (12 kasus), DKI Jakarta (136 kasus), Jawa Barat (216 kasus), Jawa Tengah (31 kasus), Jawa Timur (58 kasus), Bali (67 kasus), NTB (5 kasus), NTT (8 kasus), Kalimantan Timur (2 kasus), Sulawesi Tenggara (3 kasus), Maluku (7 kasus), Maluku Utara (1 kasus), Papua (24 kasus).
Di provinsi manapun kita berada, jangan pernah merasa “aman” hanya karena kasus yang terjadi di provinsi kita jauh lebih kecil dari povinsi yang lain. Bagaimanapun juga kasus AIDS ini ibarat gunung es, Nampak kecil di permukaan namun bila dicermati lebih lanjut ternyata bagian yang terbesar ada di bawah permukaan air laut. Itu berarti, bisa saja hasil penelitian menunjukkan kalau daerah kita kasus AIDS masih rendah, tapi siapa tahu, jumlah penderita yang terpapar penyakit ini jauh lebih besar atau bahkan di luar dugaan . Tengoklah orang di samping kita, boleh jadi ia juga salah satu pengidap AIDS, bahkan mungkin itu adalah kita sendiri. Siapa tahu?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SAYA dan EWB (Education Without Border) 2011 - Dubai d Abu Dhabi - UAE 27-31 March 2011

MERAJUT dengan HATI ^_^

PROSES PEMBUATAN TEMPE AL-AMAN (COCOK UNTUK NEGARA 4 MUSIM).