BELAJAR dan BELAJAR dari siapa saja.. Termasuk dari Orang Amerika...^_^





BELAJAR dan BELAJAR dari siapa saja..
Termasuk dari Orang Amerika...^_^


Oleh: Sri Hindriyastuti (indri A05)

Belajar di negeri orang tidaklah semudah yang kita bayangkan (kalau kita pernah mencoba membayangkannya). Saya sendiri merasakannya. Bagaimana setiap hari harus benar-benar bisa membagi waktu dan memanfaatkannya dengan seefisien mungkin. Dua bulan di Amerika, memberikan saya banyak sekali pandangan dan cara memandang dunia dengan sudut pandang yang lebih luas. Yah, memandang dengan lebih luas. Meskipun hanya dua bulan, ada banyak hal yang bisa saya pelajari dari orang-orang Amerika, dan alasan mengapa mereka bisa begitu maju, padahal jika dibandingkan dengan Indonesia, keadaan alam di Amerika sangatlah beda jauh. Sejauh pengamatan saya di negara bagian Ohio, karena saya memang mendapatkan kesempatan belajar di sana, yang ada adalah gersang (meskipun daerah ini termasuk daerah dataran tinggi). Sedangkan indonesia, negeri gemah ripah loh jinawi. Orang jawa bilang, semuanya bisa tumbuh di setiap jengkal tanah di Indonesia, saking suburnya.
Ada beberapa poin yang saya bisa tarik garis merah dari orang-orang Amerika maupun orang-orang negara lain yang tengah belajar di Amerika. Saya akan mencoba berfokus pada hal-hal positif yang patut kita contoh.
1.disiplin
Kedisiplinan benar-benar dijaga. Mulai dari contoh simpel yang sering kita lakukan. Yaitu menunda pekerjaan. Pepatah barat yang berbunyi ”Don’t put off till tomorrow what you can do today!”, jangan tunda sampai besok apa yang bisa kamu kerjakan hari ini. Disiplin warga Amerika, khususnya mahasiswa Amerika tercermin dalam kegiatan keseharian. Misal adalah tugas dari professor yang selalu dikerjakn tepat waktu. Tidak ada alasan untuk kata terlambat.
Pernah suatu ketika, di kelas yang saya ikuti (CS3-class) kami mendapat tugas membuat composition dari professor kami yang harus dikumpulkan hari berikutnya, dan kebetulan teman saya itu sedang sakit. Saya kira, sang professor akan memberi keringanan tugas dan waktu tapi ternyata apa yang dikatakan sang professor? Beliau menyampaikan pesan untuk sahabat saya melalui saya bahwa sahabat saya tersebut harus mengirim tugas by e-mail. What?? Padahal sang professor tahu bahwa sahabat saya sedang sakit. Apa-apaan ini? Saya sempat agak marah waktu itu, tapi akhirnya saya sadar bahwa sang professor ingin memberikan kami yang terbaik, agar waktu kami yang hanya dua bulan itu, bisa kami optimalkan sebisa kami. Tidak ada waktu untuk bersantai jika bukan hari libur.
Satu hal lagi yang unik, yakni tentang antrian. Entah antrian di mana saja, pasti sangat teratur, untuk makan di Dining hall saja misalnya, saya harus berada di barisan antrian yang begitu panjang. Dan anehnya, mereka antri dengan sabar, tidak ada srobot menyrobot. Tidak ada sama sekali, sebarapapun panjangnya antrian tersebut. Atau saat di jalan raya, para pejalan kaki lebih dihargai dari pembawa mobil mewah, ketika kita hendak menyeberang jalan, pasti setiap mobil akan berhenti dengan sendirinya, mempersilakan kita menyeberang lebih dahulu. Apalagi kalau di Zebra cross, pejalan kaki adalah raja. Wah, benar-benar luar biasa.
2.kerja keras
Kerja keras yang saya soroti adalah dari sisi mahasiswa dan dosen serta dari seorang converstion partner saya. Saya sering mendapatkan tugas berjibun yang mau tidak mau, memaksa saya untuk menggunakan perpustakaan (Alden Library). Bahkan, tidak jarang saya dan beberapa teman saya mengerjakan tugas hingga pagi buta, bahkan sempat menginap di kursi-kursi perpustakaan, walaupun hanya tidur maksimal sekitar setengah jam. Hal yang membuat saya takjub adalah, ternyata tidak hanya kami saja yang mengerjakan tugas di perpustakaan sampai pagi. Masih banyak mahasiswa lain, entah itu mahasiswa Amerika, maupun mahasiswa international yang juga mengerjakan tugas di perpustakaan sampai pagi buta. Dan itu setiap hari. Perpustakaan yang berlantai tujuh itu selalu dipenuhi dengan begitu banyak mahasiswa yang menyisihkan waktunya untuk belajar di sana, tidak jarang sampai pagi buta. Saya sempat bertanya pada diri sendiri, kapan mereka tidur?. Padahal mereka punya kelas akademic di pagi harinya. Ah, memang, semangat yang tak terpatahkan. Perpustakaanpun begitu ramai, lebih ramai dari Mall-mall di Semarang, diskusi-diskusi kecil serta kedai kopi mewah (sturbuck) tersedia di dalam perpustakaan juga. Setidaknya lumayan, bisa menambah semangat para mahasiswa yang belajar di sana. Contoh lain lagi adalah semangat professor/ lecturer yang mengajar di kelas kami. Setiap hari beliau memberi tugas berjibun, mengoreksinya, lalu mengembalikannya kepada kami hari berikutnya lengkap dengan kritik dari beliau. Padahal ada banyak sekali tugas kami dan tentu saja beliau tidak hanya mengajar di satu kelas. Pernah saya bertanya kepada teman di lain kelas yang juga di ajar oleh beliau, ternyata, hal yang sama juga terjadi di kelasnya. Bagi professor kami, mengetahui sejauh mana perkembangan mahasiswanya adalah hal yang sekaligus bisa menjadi metode evaluasi terhadap metode pengajaran beliau. Bahkan di waktu weekend, saat mahasiswa dan dosen memiliki kesempatan untuk wisata, sang dosen membawa tugas kami yang berjibun, sembari di bus, beliau mengoreksi dengan hati-hati semua tugas kami. Tidak ada satupun tugas yang luput dari beliau. Subhanallah. Sungguh sebuah semangat mengajar yang luar biasa.
Satu hal lagi yang saya pelajari dari converstion partner adalah memanfaatkan buku untuk menjadi kaya. Bayangkan, sebagai lulusan Ohio-University bagian Enginering, beliau juga banyak membaca buku-buku lain, entah tentang berburu, membuat kerajinan, menulis dan banyak hal. Yang akhirnya semuanya dia terapkan dalam kehidupan. Membuat bermacam manisan sendiri, berkebun, beternak, membuat senapan, berburu, dan membuat banyak kerajinan tangan dan senapan. Menurutnya, kita bisa menguasai apapun asal kita menguasai buku.
3.menghargai
Hal yang membuat saya bertahan dan merasa senang dengan tugas yang berjibun adalah adanya reinforcement dari professor maupun lecturer yang mengajar di kelas kami. Mr. Bagnole misalnya, selalu memberikan satu paragraf asli tulisan tangan beliau di halaman terakhir setiap tugas yang kami kumpulkan, Bukan hanya sekedar kata ”GOOD” tapi, benar –benar sebuah reinforcement yang luar biasa, di tengah keterbatasan saya, kata-kata dari beliau di setiap tugas saya itulah yang selalu memotivasi saya untuk terus bertahan dan sabar. Walaupun saya sendiri menyadari bahwa jika di convert ke nilai, mungkin seharusnya nilai saya masih di bawah rata-rata. Namun demikian, tidak sekalipun beliau mencemoohnya, bahkan selalu mensupport kami,para mahasiswa untuk terus berusaha. Kalimat terakhir dari beliau yang membuat saya sempat menangis adalah separagraf kalimat reinforcement di rapor saya yang berbunyi (rapor itu masih saya simpan sampai sekarang) ”Indri, you are an intelligent and highly motivated student who make positive contribution to the class. Although you join us late (sesuai program beasiswa kami, kami memang masuk ke kelas beberapa minggu setelah mahasiswa lain mulai proses belajarnya)., you fitted right in and seem to be maximizing your time here in Athens.Keep up the good work! You need to focus on improving your reading speed, within rather slow. On terms of writing, be sure you analyze all the feedback, so you avoid making the same mistakes in the future. Thank you for your many contributions. You are a wonderful representative of your country and it is a pleasure having you in the class.” Dikutip dari rapor pribadi saya dari CS3 class-Ohio University.
Walaupun banyak sekali kekurangan saya, tapi membaca pesan beliau itu selalu melecut saya untuk terus berusaha semaksimal mungkin sebisa saya. Saya harap, pendidikan di Indonesia juga demikian, terus memberi motivasi kepada para mahasiswanya, agar tidak patah semangat.
4.On Time
Tepat waktu bagi orang barat adalah respect, atau menghargai. Jika kita datang tepat waktu di kelas, itu berarti kita menghargai para lecturernya, jika kita datang tepat waktu pada sebuah janji, berari kita menghargai rekan kita. Bagi orang Amerika, waktu benar-benar berharga. Tidak salah jika ada perumpamaan ”time is money”. Pernah suatu ketika saya mendapatkan selebaran tentang seminar gratis di Ball room, baker centre. Di selebaran tersebut tertulis bahwa acara dimulai jam 17.00. Saking semangatnya, saya mampir ke tempat salah seorang teman saya untuk mengajaknya datang ke seminar tersebut. Jam lima kurantg lima menit kami sampai di pintu depan Baker center. Batin kami sumringah, karena pasti kami akan mendapat tempat duduk depan. Karena kami datang tepat waktu. Tapi apa? Begitu masuk Ball room, kami benar-benar tercengang, ini belum jam 5, tapi semua kursi sudah penuh, bahkan sudah banyak yang antri berdiri. Akhirnya, kamipun berdiri di ruang sempit paling belakang. Sejak saat itu saya beranggapan bahwa lain kali, saya harus datang jauh sebelum acara di mulai, wah, benar-benar kebalikan dengan Indonesia.
3. Terbuka
Suatu hari, saya selesai makan di dining hall, dan bergegas menuju ke Scot quadrangle, untuk kelas pronounciation saya. Begitu keluar dining hall, saya terkejut sekali. Seorang bule wanita tiba-tiba menghadang saya sambil sedikit terpekik.. ”Hi, Your Skirt is so pretty” katanya. Kontan saja saya kaget sambil memandangi rok batik asli buatan Indonesia yang tengah saya kenakan saat itu. Lalu saya mengucapkan terimakasih atas pujiannya, si bule lalu bertanya dimana saya membeli rok tersebut, tentu saja saya jawab bahwa saya membelinya di Indonesia, dan saya melihat sedikit kekecewaan di wajahnya, karena dia berharap saya membeli rok itu di Amerika, jadi si Bule juga bisa beli. Begitulah orang Amerika, mereka akan bilang dengan jujur jika menyukai maupun tidak menyukai sesuatu. Kalau di Indonesia, hal tersebut mungkin dianggap tidak sopan ya? Tergantung bagaimana saja kita mengkomunikasikannya.

Negatif-nya apa?
Wah, ternyata orang Amerika juga punya segi negatif, tapi ini kita soroti sebagai bahan pembelajaran saja ya. Ada beberapa poin yakni sebagai berikut: 1. individualisme (kalau ini sich tergantung ya, ada yang mengatakan bahwa ini adalah hal positiv yang melatih seseorang untuk survive dan independent, tapi ada juga yang beranggapan sebaliknya), 2. suka minum-minam keras dan pesta-pesta. Setiap weekend, pasti para mahasiswa mulai berpesta dan mabok-mabokan. Mungkin bagi mereka, itu adalah satu-satunya hiburan mereka. Kan di Amerika tidak ada permainan ”cublak-cublak suweng, jaranan, delikan, grobak sodor dan sejenisnya). ^_^..3. Free Sex: negara Amerika adalah negara bebas, jadi sex bebas adalah sesuatu yang wajar dan sah-sah saja di sana.
Itulah tadi hal-hal negatif yang bisa kita ambil nilai-nilai pelajarannya.
Pertanyaannya sekarang, kenapa Amerika dengan geografis gersang dan para pemuda yang suka Free sex dan pesta itu bisa menjadi negara adidAya? Saya kurang tahu jelas jawabannya, tapi menurut kacamata saya, itu karena mereka pandai dalam hal manajemen waktu. Kapan belajar, kapan party, kapan ini dan kapan itu. Dan lagi, mereka mampu mengoptimalkan nilai-nilai positif yang dimiliki sehingga bisa mengalahkan aspek-aspek negatifnya. Bagaimana dengan Indonesia yang kaya raya ini? Haruskah ia terus tertinggal? Jawaban ada di diri masing-masing kita.



Semarang, 27 Agustus 2009
Sri Hindriyastuti

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SAYA dan EWB (Education Without Border) 2011 - Dubai d Abu Dhabi - UAE 27-31 March 2011

PROSES PEMBUATAN TEMPE AL-AMAN (COCOK UNTUK NEGARA 4 MUSIM).

MERAJUT dengan HATI ^_^