SEBUAH PR BARU di HARI MINGGU
Dear All,
Mahasiswa membuat janji bertemu dengan saya itu biasa, mahasiswa meng-sms saya untuk konsultasi or curhat itu juga biasa, sebagaimana malam weekend ini, satu kelompok mahasiswa bimbingan praktek keperawatan jiwa komunitas juga nge-date bareng saya. makan bareng di sebuah pondok makan sederhana, tapi dengan suasana kekeluargaan yang luar biasa. satu per satu akhirnya bercerita tentang pribadi mereka masing-masing. kebersamaanpun terjalin dalam waktu yang hanya satu jam ini. terus terang ini adalah minggu terakhir praktek mereka di masyarakat, dengan bimbingan saya. yah, untuk melepas penat dengan tugas yang berjubel, saya mengajak mereka untuk bertemu bersama, makan malam bersama (19.30-20.30 WIB di kios makan Bang Doel yang bersebelahan dengan gedung baru fakultas Fisip. tentu saja, dari awal saya sudah bilang kepada mereka bahwa ini adalah acara INFORMAL, sejenis farewell party di akhir praktek untuk kelompok yang saya handle (ada 10 mahasiswa), dan tentu saja BAYAR SENDIRI-SENDIRI. Info ini jelas saya infokan di awal, dan luar biasa, mereka dengan senang hati meluangkan waktu malam mingguan yang harusnya mungkin ber-kencan dengan pasangannya masing-masing. yach, spesial malam ini kencan dengan saya. Jam ketemuan dengan grup ini harusnya jam 19.00, tapi berhubing saya baru pulang (Selesai mendampingi pendidikan kesehatan mahasiswa praktek di wilayah RT2 jurang Belimbing), maka saya datang terlambat, jam setengah 8 malam tepa saya baru bisa gabung dengan mereka. Untunglah, mereka memaafkan keterlambatan saya. :P
Hari Berikutnya,
Nah, seperti yang saya bilang di paragraph atas, Mahasiswa membuat janji bertemu dengan saya itu biasa, mahasiswa meng-sms saya untuk konsultasi or curhat itu juga biasa, yang luar biasa adalah kasus yang terjadi di hari minggu ini. (Sabtu Minggu ini saya full di Kampus, ada PR untuk segera diselesaikan. kalau di kos, nanti tergoda dengan bantal kasur atau televisi).
Apa yang berbeda? tahukah kawan siapa yang hari ini datang menemui saya di kantor kampus, padahal hari minggu. Tak lain dan tak bukan adalah salah seorang mahasiswa dari jalur B. Jalur B itu adalah kelas jalur non reguler. mahasiswa-nya adalah mahasiswa transfer-an dari D3. Jadi mahasiswa di Jalur B ini banyak yang sudah Ibu-Ibu, Bapak-Bapak, senior di tempat kerja, dll.
Dan yang hari ini bertemu dengan saya sesuai janji yang telah disepakati sebelumnya adalah Bapak XXX.
Sebelumnya, saya tidak faham apa yang akan beliau sampaikan. beliau hanya tanya saya punya waktu free kapan? beliau bermaksud bertemu. tapi tidak disampaikan alasan dan untuk apa bertemu. akhirnya saya turuti untuk bertemu beliau di Ruang kantor. hari minggu, kebetulan kampus sepi, di kantor tidak ada siapapun kecuali saya dan bapak tersebut. jadi pintu kantor saya buka lebar biar tidak menimbulkan sesuatu yang tidak baik. beberapa mahasiswa ada di luar kantor karena pagi ini ada acara diskusi mahasiswa.
Begitu Bapak XXX tadi sudah duduk di kursi seberang meja saya, beliaupun akhirnya menyampaikan inti permasalahannya.
Intinya, beliau ingin keluar dari kuliah. What?? karena apa?
Ternyata Bapak yang terlihat biasa saja selama di luar itu, memendam begitu banyak masalah. masalah finansial, Keluarga, tempat kerja dan apapun.
Akhirnya, dengan mengalir, beliau menceritakan duduk perkaranya. termasuk alasan kenapa beliau meminta saya untuk berdiskusi dengannya. bukan karena saya pintar atau senior... Bukan... hanya karena alasan sederhana, saya enak di ajak komunikasi. beliau sengaja tidak berdiskusi dengan dosen senior, karena sudah ada stigma negatif yang beliau dapatkan dari salah seorang dosen.
Apapun alasannya, tujuan kami berdiskusi sekarang ini adalah satu, mencari solusi terbaik dari permsalahan yang beliau hadapi.
Pict is from Here
intinya, hampir satu setengah jam kami diskusi.
Saya yang mendengar permasalahan yang beliau hadapi sampai geleng-geleng kepala (Dalam hati). Subhanallah.
Saya tahu sekali di saat seperti ini, saya hanya bisa menjadi pendengar yang baik. sekali lagi, ini adalah poin penting. sambil sesekali memberikan penguatan.
Aku sampai tertegun saat beliau bercerita. sampai beliau menangis... WHAT? yah.. beliau sampai menangis. dari awal, beliau masih berusaha membendung air matanya, tapi di tengah-tenga diskusi kami, beliau sudah tidak bisa lagi membendungnya. untunglah ada Tissue yang saya siapkan di meja, jadi bisa beliau pergunakan.
Masalah yang begitu komplicated (saya tidak perlu jelaskan, nanti kalau misal dirasa perlu, saya akan jelaskan di bab lain) intinya, mulai dari proses perceraian dengan istri, hubungan tidak baik dengan orang tua, pengucilan di dunia kerja, masalah dana untuk study, tempat belajar yang jauh dari rumahnya yang di luar jawa, dan banyakkkkk lagi masalah yang menjadi beban beliau. hingga akhirnya, tugas-tugas kampus yang berjibun, serta ujian yang sudah di depan mata, menjadi stressor luar biasa hebat bagi beliau. itulah sebabnya beliau memutuskan untuk ingin ke luar dari kampus ini.
Saya hanya bisa membantu memetakan SWOT yang akan beliau hadapi jika beliau keluar dari kampus ataupun masih stay di kampus.
Dan saya mengajak beliau untuk berdiskusi lebih lanjut dengan IBU X, senior di bagian mental health nursing, yang insyaallah selalu bisa memberikan solusi terbaik.
Saya hanya berpesan kepada beliau sebagaimana saya berpesan untuk diri saya pribadi. Allah menguji kita sesuai dengan kemampuan kita. Untuk meningkatkan kapasitas kita, Allah tak main-main memberikan ujian yang terasa berat untuk kita. namun, sekali lagi, jika kita bisa menghadapi berbagai macam stressor yang datang kepada kita dengan penuh keikhlasan, syukur dan berpositif thinking bahwa ini semua untuk meng-upGRADE kapasitas kita, maka Memandang ke depan dan merangkul masalah adalah hal terbaik yang bisa kita lakukan. karena, masa depan semua hanya milik Allah. tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi pada kita satu atau dua detik berikutnya, satu atau dua menit berikutnya. Allahlah penguasa jiwa kita.
jika kita memutuskan untuk menghindari masalah, maka, sampai kapanpun masalah itu tidak akan terselesaikan, justru setiap hari akan meningkatkan tanggungan beban kita.
Yach..saya menyampaikan hal tersebut dengan berkaca bahwa Jika saya yang menghadapi hal serupa, maka itu-sajalah yang mungkin bisa saya lakukan untuk menguatkan diri. karena penguatan sehebat apapun dari orang lain, hanya diri kita sendiri yang bisa mengambil keputusan. Dan, lagi-lagi..ALlah-lah sebaik-baik pengambil keputusan, adalah keputusan dari ALLah.
Semoga di pertemuan berikutnya, saya sudah bisa mengajak rekan DOSEN X yang bisa lebih memberikan solusi terbaik dari permasalahan Bapak XXX.
Alhamdulillah, di akhir diskusi kami, Bapak XXX setidaknya sudah tersenyum, walupun apa yang ada di hatinya saya tidak tahu. tapi Senyum itu saya anggap sebagai sebuah ke-optimisan untuk nanti kami diskusi kembali dengan pelibatan senior saya, untuk mencari solusi terbaik.
___
Pesan untuk Anda: Dan, sesungguhnya, mahasiswa-mahasiswa kita, seceria apapun mereka di luar, ternyata banyak sekali diantaranya yang masih menyimpan beban berat, masih memiliki tingkat stressor yang tinggi. semoga kita bisa membantu meringankan depresi-depresi ringan yang ada di masyarakat, termasuk mahasiswa, dengan demikian, kita secara tidak langsung turut membantu tercapainya target Utama UN (United Nations) untuk tahun-tahun berikutnya yang akan lebih berfokus di bidang MENTAL HEALTH. Amin.
Mahasiswa membuat janji bertemu dengan saya itu biasa, mahasiswa meng-sms saya untuk konsultasi or curhat itu juga biasa, sebagaimana malam weekend ini, satu kelompok mahasiswa bimbingan praktek keperawatan jiwa komunitas juga nge-date bareng saya. makan bareng di sebuah pondok makan sederhana, tapi dengan suasana kekeluargaan yang luar biasa. satu per satu akhirnya bercerita tentang pribadi mereka masing-masing. kebersamaanpun terjalin dalam waktu yang hanya satu jam ini. terus terang ini adalah minggu terakhir praktek mereka di masyarakat, dengan bimbingan saya. yah, untuk melepas penat dengan tugas yang berjubel, saya mengajak mereka untuk bertemu bersama, makan malam bersama (19.30-20.30 WIB di kios makan Bang Doel yang bersebelahan dengan gedung baru fakultas Fisip. tentu saja, dari awal saya sudah bilang kepada mereka bahwa ini adalah acara INFORMAL, sejenis farewell party di akhir praktek untuk kelompok yang saya handle (ada 10 mahasiswa), dan tentu saja BAYAR SENDIRI-SENDIRI. Info ini jelas saya infokan di awal, dan luar biasa, mereka dengan senang hati meluangkan waktu malam mingguan yang harusnya mungkin ber-kencan dengan pasangannya masing-masing. yach, spesial malam ini kencan dengan saya. Jam ketemuan dengan grup ini harusnya jam 19.00, tapi berhubing saya baru pulang (Selesai mendampingi pendidikan kesehatan mahasiswa praktek di wilayah RT2 jurang Belimbing), maka saya datang terlambat, jam setengah 8 malam tepa saya baru bisa gabung dengan mereka. Untunglah, mereka memaafkan keterlambatan saya. :P
Hari Berikutnya,
Nah, seperti yang saya bilang di paragraph atas, Mahasiswa membuat janji bertemu dengan saya itu biasa, mahasiswa meng-sms saya untuk konsultasi or curhat itu juga biasa, yang luar biasa adalah kasus yang terjadi di hari minggu ini. (Sabtu Minggu ini saya full di Kampus, ada PR untuk segera diselesaikan. kalau di kos, nanti tergoda dengan bantal kasur atau televisi).
Apa yang berbeda? tahukah kawan siapa yang hari ini datang menemui saya di kantor kampus, padahal hari minggu. Tak lain dan tak bukan adalah salah seorang mahasiswa dari jalur B. Jalur B itu adalah kelas jalur non reguler. mahasiswa-nya adalah mahasiswa transfer-an dari D3. Jadi mahasiswa di Jalur B ini banyak yang sudah Ibu-Ibu, Bapak-Bapak, senior di tempat kerja, dll.
Dan yang hari ini bertemu dengan saya sesuai janji yang telah disepakati sebelumnya adalah Bapak XXX.
Sebelumnya, saya tidak faham apa yang akan beliau sampaikan. beliau hanya tanya saya punya waktu free kapan? beliau bermaksud bertemu. tapi tidak disampaikan alasan dan untuk apa bertemu. akhirnya saya turuti untuk bertemu beliau di Ruang kantor. hari minggu, kebetulan kampus sepi, di kantor tidak ada siapapun kecuali saya dan bapak tersebut. jadi pintu kantor saya buka lebar biar tidak menimbulkan sesuatu yang tidak baik. beberapa mahasiswa ada di luar kantor karena pagi ini ada acara diskusi mahasiswa.
Begitu Bapak XXX tadi sudah duduk di kursi seberang meja saya, beliaupun akhirnya menyampaikan inti permasalahannya.
Intinya, beliau ingin keluar dari kuliah. What?? karena apa?
Ternyata Bapak yang terlihat biasa saja selama di luar itu, memendam begitu banyak masalah. masalah finansial, Keluarga, tempat kerja dan apapun.
Akhirnya, dengan mengalir, beliau menceritakan duduk perkaranya. termasuk alasan kenapa beliau meminta saya untuk berdiskusi dengannya. bukan karena saya pintar atau senior... Bukan... hanya karena alasan sederhana, saya enak di ajak komunikasi. beliau sengaja tidak berdiskusi dengan dosen senior, karena sudah ada stigma negatif yang beliau dapatkan dari salah seorang dosen.
Apapun alasannya, tujuan kami berdiskusi sekarang ini adalah satu, mencari solusi terbaik dari permsalahan yang beliau hadapi.
Pict is from Here
intinya, hampir satu setengah jam kami diskusi.
Saya yang mendengar permasalahan yang beliau hadapi sampai geleng-geleng kepala (Dalam hati). Subhanallah.
Saya tahu sekali di saat seperti ini, saya hanya bisa menjadi pendengar yang baik. sekali lagi, ini adalah poin penting. sambil sesekali memberikan penguatan.
Aku sampai tertegun saat beliau bercerita. sampai beliau menangis... WHAT? yah.. beliau sampai menangis. dari awal, beliau masih berusaha membendung air matanya, tapi di tengah-tenga diskusi kami, beliau sudah tidak bisa lagi membendungnya. untunglah ada Tissue yang saya siapkan di meja, jadi bisa beliau pergunakan.
Masalah yang begitu komplicated (saya tidak perlu jelaskan, nanti kalau misal dirasa perlu, saya akan jelaskan di bab lain) intinya, mulai dari proses perceraian dengan istri, hubungan tidak baik dengan orang tua, pengucilan di dunia kerja, masalah dana untuk study, tempat belajar yang jauh dari rumahnya yang di luar jawa, dan banyakkkkk lagi masalah yang menjadi beban beliau. hingga akhirnya, tugas-tugas kampus yang berjibun, serta ujian yang sudah di depan mata, menjadi stressor luar biasa hebat bagi beliau. itulah sebabnya beliau memutuskan untuk ingin ke luar dari kampus ini.
Saya hanya bisa membantu memetakan SWOT yang akan beliau hadapi jika beliau keluar dari kampus ataupun masih stay di kampus.
Dan saya mengajak beliau untuk berdiskusi lebih lanjut dengan IBU X, senior di bagian mental health nursing, yang insyaallah selalu bisa memberikan solusi terbaik.
Saya hanya berpesan kepada beliau sebagaimana saya berpesan untuk diri saya pribadi. Allah menguji kita sesuai dengan kemampuan kita. Untuk meningkatkan kapasitas kita, Allah tak main-main memberikan ujian yang terasa berat untuk kita. namun, sekali lagi, jika kita bisa menghadapi berbagai macam stressor yang datang kepada kita dengan penuh keikhlasan, syukur dan berpositif thinking bahwa ini semua untuk meng-upGRADE kapasitas kita, maka Memandang ke depan dan merangkul masalah adalah hal terbaik yang bisa kita lakukan. karena, masa depan semua hanya milik Allah. tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi pada kita satu atau dua detik berikutnya, satu atau dua menit berikutnya. Allahlah penguasa jiwa kita.
jika kita memutuskan untuk menghindari masalah, maka, sampai kapanpun masalah itu tidak akan terselesaikan, justru setiap hari akan meningkatkan tanggungan beban kita.
Yach..saya menyampaikan hal tersebut dengan berkaca bahwa Jika saya yang menghadapi hal serupa, maka itu-sajalah yang mungkin bisa saya lakukan untuk menguatkan diri. karena penguatan sehebat apapun dari orang lain, hanya diri kita sendiri yang bisa mengambil keputusan. Dan, lagi-lagi..ALlah-lah sebaik-baik pengambil keputusan, adalah keputusan dari ALLah.
Semoga di pertemuan berikutnya, saya sudah bisa mengajak rekan DOSEN X yang bisa lebih memberikan solusi terbaik dari permasalahan Bapak XXX.
Alhamdulillah, di akhir diskusi kami, Bapak XXX setidaknya sudah tersenyum, walupun apa yang ada di hatinya saya tidak tahu. tapi Senyum itu saya anggap sebagai sebuah ke-optimisan untuk nanti kami diskusi kembali dengan pelibatan senior saya, untuk mencari solusi terbaik.
___
Pesan untuk Anda: Dan, sesungguhnya, mahasiswa-mahasiswa kita, seceria apapun mereka di luar, ternyata banyak sekali diantaranya yang masih menyimpan beban berat, masih memiliki tingkat stressor yang tinggi. semoga kita bisa membantu meringankan depresi-depresi ringan yang ada di masyarakat, termasuk mahasiswa, dengan demikian, kita secara tidak langsung turut membantu tercapainya target Utama UN (United Nations) untuk tahun-tahun berikutnya yang akan lebih berfokus di bidang MENTAL HEALTH. Amin.
Komentar
Posting Komentar
silakan Berkomentar