PERPISAHAN DAN TAS MERAH
Dear Matess
Tibalah hari itu …
Ketika kami semua berkumpul di sebuah ruangan besar. Sebut
saja Auditorium IALF.
Ini adalah saat ketika sebuah perjumpaan harus diakhiri.
Perpisahan.
Bagi beberapa orang, saat-saat ini adalah saat yang paling tidak
diinginkan. Berpisah dengan teman-teman seperjuangan, yang sama-sama memiliki
mimpi. Sebuah mimpi besar untuk membangun negeri. Dan ini baru permulaan.
Tes IELTS yang kami ikuti dua hari sebelumnya terasa tidak
begitu berat dibandingkan saat ini, kala dimana kami harus mengucapkan
kata-kata paling menyakitkan yang pernah ada: “Good Bye”.
Bagaimanapun, setelah hari ini, kami dari dua kelas dengan
total 23 orang ini akan dipisahkan oleh
jarak yang membentang. Dari Aceh hingga Papua.
Jika Allah mengizinkan, mungkin tempat kami bersua
berikutnya adalah sebuah Negeri Kangguru. Itupun tidak semuanya bisa bertemu
satu sama lain terhitung kami terpencar di beberapa negara bagian: Northern Australia, Western Australia, South Australia,
Queensland, New South Wales,Victoria, Tasmania.
Di bangku paling depan, Guru kami: Mark Hinde dan Sue Rodger
sudah duduk rapi, kali ini mereka ditemani dengan para petinggi IALF ada Vlad
Pejovic dan Caroline. Ada Juga Bu Candra, yang mengurus beasiswa kami serta
perwakilan ADS aka AAS dari Jakarta.
Setelah kata-kata sambutan dari Vlad, Caroline dan AAS
Jakarta. Tibalah saatnya bagi kami menerima sertifikat tanda mengikuti EAP
(English for Academic Purposes) dan Cultural Class.
Vlad memberi sambutan.
Aku fikir, seusai pemberian sertifikat dan kenang-kenangan
kepada masing-masing dari kami, maka selesailah sesi hari ini dan akan segera
berlanjut dengan makan snack coffee break. Tapi ternyata aku salah. Setelah
itu, masih ada sedikit pengumuman yang membuat kami penasaran. Tahu tidak
teman, ternyata masih diumumkan tentang The OUTSTANDING STUDENT.
Ah, dari judul penghargaannya saja sudah bisa ditebak siapa
yang akan mendapatkannya. Siapa lagi kalau bukan Kak SINGGIH. Dia selalu
mendapatkan nilai sempurna di bagian Reading, nilainya sudah pasti paling tinggi
di kelas kami, juga jika dibandingkan dengan kelas satunya lagi. Dia paling
menonjol untuk sesi READING. Sesi lain juga menurutku ia sangat mumpuni. Jadi
sudah banyak yang menduga bahwa ialah yang mendapatkan gelar tersebut.
Tebakanku meleset saat aku mendengar Kode yang diberikan
oleh Vlad saat bermaksud memberikan penghargaan tersebut. Vlad bilang :
“Please Congratulate
HER!”
What? HER? Itu berarti cewek dong yang dapat. Saat Vlad
pause beberapa saat, kami sempat berteriak histeris, penasaran dengan siapakah
yang mendapatkan predikat tersebut. Kalau mau dianalisa mah gampang, kelas kami
Cuma ada dua cewek, bu Risa dan Saya. Jadi kemungkinannya sangat kecil bagi
kelas kami.
Kelas yang satunya lagi berpeluang lebih banyak karena ada 7
cewek di sana. Saya beberapa kali bertepuk tangan bersiap menyambut dari kelas
sebelah. Begitu nama disebut. Lemah lunglailah saya.
Ternyata nama itu adalah nama saya.. Indri, come forward
Please! Kata Vlad.
Jleb, saya sempat kaget, si Vlad sampai tahu nama panggilan
saya segala. Hedeuuh.
Aku terus terang hanya melongo. Tidak percaya dengan fakta
yang sungguh tak terduga. Suara riuh tepuk tangan teman-teman seolah tidak aku
hiraukan. Caroline memberikan piagam pernghargaan itu untukku. Ternyata
setelahnya, aku masih mendapatkan hadiah lagi. Itu adalah sebuah tas gendong
Laptop yang beberapa waktu lalu aku berkeinginan membelinya. Subhanallah, Allah
memberiku dengan Cuma-Cuma.
Guru-guru, pihak AAS, teman-teman memberiku selamat. Tapi
sungguh. Bagiku itu bukan apa-apa. Teman-teman lain juga kontribusinya luar
biasa di kelas. Bagiku, kami adalah sama. Outstanding student hanya sebuah
penghargaan kecil, aku ingin mendapatkan gelar OUTStanding woman dari Allah.
Itu lebih mulia lagi tentu saja. Dan untuk itu, aku harus lebih banyak berbuat
baik lagi.
Bagaimanapun, tak bisa dipungkiri ada perasaan haru dan
terimakasih atas kepercayaan dan penilaian para guru di IALF, Angela, Jerry,
Sue dan Mark. Predikat itu kudapat dari perpaduan dan komparasi penilaian
mereka. Gelar itu untuk beberapa criteria selama mengikuti kelas mereka.
Di akhir sesi, aku mendekati Mark: Thanks Mark, kataku. “But
I think maybe you were wrong for choosing me as an outstanding student as I
know my friends did better than me.” Lanjutku.
“Indri, You deserve for that”.
Kata Mark diiringi senyum hangatnya. Senyum persahabatan dan kasih sayang
seorang guru yang sering aku dapati di kelas. Mulai besok, aku tidak akan lagi
melihatnya. “Thanks Mark.”
Setelah itu, tibalah saat yang ditunggu, coffee break dan
pemutaran video kegiatan kami. Dilanjut makan empek-empek Palembang buatan bu
Risa. Tepat jam 12, teman-teman cowok shalat Jumat dan sesudahnya, sesi makan
siang bersama dengan makanan utama Pizza dimulailah. Kak Ichal, si Photorafer,
tak henti-hentinya mengambil photo kami. Seiring dengan condongnya matahari di
ufuk barat, hujan mulai turun, seolah mewakili airmata kami yang saling
mengucapkan kata perpisahan.
Don’t say goodbye. Say “C U again, Please!”. T_T
Assalamu'alaikum
BalasHapusHai Mba Indri, salam kenal.
Ikut merinding baca postingan ini, sepertinya sangat berkesan ya. Mba Indri, boleh share emailnya, ingin rasanya bisa dibagi pengalamannya tentang ADS.
Terima kasih sebelumnya
Wassalam
Nita
Waalaikumsalam.
BalasHapusHello mb Nita, salam kenal :)
iya, berkesan sekali.. Email saya hindriyas_tuti@yahoo.com
silakan, smoga bisa membantu :)
goodluck untuk application form nya ya mb.
Mohon doanya, kami masih menunggu letter of offer dr Uni. Smga dimudahkan Allah.
Salam:)